Jika kamu rendah hati, tak ada satupun yang dapat mengusikmu; baik itu pujian maupun makian, sebab kamu tahu siapa dirimu sebenarnya.

Tuesday, May 3, 2011

Interviewing a Baby Sitter

Seperti janji saya tadi . . . ini adalah kelanjutan tentang sedikit sharing dari saya untuk meng-interview seorang calon baby sitter yang akan kita ambil.


1. Jika moms punya beberapa calon, interview mereka satu per satu. Ini memang makan waktu lebih lama, namun hasilnya lebih valid. Karena, mereka cenderung tidak memiliki kesempatan untuk menyontek jawaban.


2. Perhatikan ekspresi dan gestures (gerak tubuh_red.) mereka saat menjawab. Ini memberikan lebih banyak jawaban yang jujur dibandingkan kata-kata yang keluar dari mulut mereka.

(a) Pupil mata yang mengecil cenderung menandakan mereka berbohong

(b) Tangan yang disembunyikan (ke baju, ke saku, ke bawah paha, atau lainnya) menandakan mereka sedang menyembunyikan sesuatu. Bisa jadi menyembunyikan kegugupan, atau malah menyembunyikan jawaban yang sebenarnya. Jika melalui gerak ini mereka menyembunyikan jawaban yang sebenarnya, bisa terlihat dari cara mereka berbicara (terbatuk, berdehem, suara mengecil, dan sebagainya)

(c) Tidak mau menatap kita. Ini bisa berarti dia penakut atau memang berada di bawah tekanan seseorang. Ini bukan ciri-ciri jiwa yang sehat untuk menjadi seorang baby sitter.

(d) Perhatikan kemana bola matanya mengarah saat moms bertanya padanya. Untuk pertanyaan dengan jawaban yang membutuhkan mengingat peristiwa masa lalu, seharusnya bola matanya akan bergerak ke kiri atas. Untuk pertanyaan dengan jawaban yang membutuhkan proses berpikir (misal 1+1=?), seharusnya bola matanya akan bergerak ke kanan atas. Ini berguna ketika misalnya moms bertanya, kamu dulu pernah mengasuh anak berapa tahun?. Seharusnya, ia akan menjawab dengan bola mata bergerak ke kiri atas. Kalau bola matanya justru bergerak ke kanan atas, hati-hati mungkin ia sedang merencanakan sesuatu dari jawabannya.

(e) Sikap duduk dan tegaknya kepala. Ini bisa menggambarkan sifat baby sitter tersebut. Apakah cenderung penurut, pembangkang, semaunya sendiri, sombong, dan sebagainya.


3. Beberapa pertanyaan berikut sebaiknya diajukan saat interview pertama kali dengan mereka:

(a) Latar belakang keluarga (anak ke berapa, punya berapa saudara, tinggal dimana dan ada siapa saja di rumah itu, orang tua masih hidup/tidak, orang tua tinggal dimana, sudah menikah/belum, sudah punya anak/belum, adakah rencana menikah dalam waktu dekat, kapan terakhir pulang kampung, kapan rencana pulang kampung lagi, adakah saudara di kota ini, dsb). Pertanyaan-pertanyaan tersebut berguna untuk mengecek sinkronisasi jawaban antara pertanyaan yang satu dengan yang lain. Misalkan dia bilang dia anak ke-2, lalu dia bilang dia 3 bersaudara, punya 2 kakak . . . nah tidak sinkron kan? Mungkin saja dia berbohong dalam hal ini untuk suatu tujuan nantinya. Lalu pertanyaan adakah saudara di kota ini bisa dikroscekkan dengan pernah jalan-jalan kemana saja di kota ini. Ini juga berguna kalau dia ijin mau main keluar ke rumah saudara, moms bisa sedikit percaya bahwa benar adanya dia main ke rumah saudaranya. Kalau saya, seringkali saya antar sekalian untuk bertemu keluarganya dan mengenalnya lebih dekat.
Lalu juga, kalau dia sudah punya anak, saya akan bertanya anaknya sama siapa dan tinggal dimana. Seringkali ini membuat mereka tidak konsentrasi bekerja. Dan dimata saya, ada kemungkinan mereka tidak memiliki rasa keibuan karena tega meninggalkan anaknya di kampung; walaupun ini tidak selalu berarti begitu.

(b) Pengetahuan tentang kota ini (pernah jalan-jalan kemana saja, sama siapa jalan-jalannya, kapan, dsb). Hal ini berguna untuk mengetahui seberapa banyak dia tahu jalan, betulkah dia pernah jalan-jalan di kota ini, dsb. Karena tidak sedikit baby sitter yang kabur dari rumah majikannya membawa serta harta majikannya; menyalahgunakan pengetahuannya tentang kota ini. Selain itu, sebaliknya, baby sitter yang tidak tahu jalan, seringkali dimanfaatkan oleh Yayasan [yayasan yang kurang baik tentunya] untuk "memeras" pengguna jasa mereka. Hal ini dilakukan dengan cara, ketika si baby sitter pulang kampung dan kembali lagi ke Jakarta, mereka mengaku tidak tahu jalan, lalu pengguna jasa disuruh mengambil ke yayasan dan diminta membayar uang administrasi lagi dengan alasan karena baby sitternya tidak langsung kembali ke rumah majikannya tapi karena lewat yayasan. Hati-hati dengan modus ini moms.
Kalau saya, lebih senang mengantarkannya ke terminal terdekat rumah saya yang ada bis jurusan ke kampungnya. Lalu dijemput lagi di terminal itu. Dan tidak lupa juga, tetap berkomunikasi dengan yayasannya, kapan baby sitter ini berangkat dan dijemput kembali. Sehingga terjalin komunikasi yang baik dan rasa percaya antara pengguna jasa (saya) dan yayasan.

(c) Pengalaman menjadi baby sitter (sudah berapa lama jadi baby sitter, di daerah mana, kenapa keluar dari rumah yang dulu, bagaimana tipe orang di rumah yang dulu, bagaimana tipe anak di rumah yang dulu, dsb). Ini untuk mengetahui bagaimana dulu ketika ia menjadi baby sitter dan adakah masalah saat ia keluar dari rumah yang dulu.

(d) Keahlian menjadi baby sitter (apa yang dilakukan kalau si bayi menangis, mengertikah perbedaan bayi menangis karena lapar/pup/pi/sakit, lagu anak-anak apa saja yang ia hafal, jam berapa saja waktu makan bayi/anak, jam berapa waktu mandi anak, dsb). Hal ini berguna untuk mengetahui sebenarnya ia benar-benar terampil atau tidak. Kalau saya, sekalian ini dijadikan perkenalan pola di rumah saya. Misalkan dia bilang waktu mandi bayi jam 7 pagi dan jam 5 sore. Saya akan mengatakan, ok, kalau di rumah saya jam 6 pagi dan 15.30 sore. Lalu lihat reaksinya. Apakah ia keberatan dengan pola itu (terlalu pagi), atau apakah ia cenderung mengkonfrontir (berarti dia akan termasuk orang yang sulit dididik/diberi tahu nantinya), dsb.

Sepertinya itu yang bisa saya sharingkan dalam hal ini.

Selamat hunting baby sitter.
Tuhan memberkati!

1 comment:

  1. hai, salam kenal ya...
    berguna banget infonya untuk interviewing BS ini. saya link di blog saya boleh?
    thanks,
    vony

    ReplyDelete