Jika kamu rendah hati, tak ada satupun yang dapat mengusikmu; baik itu pujian maupun makian, sebab kamu tahu siapa dirimu sebenarnya.

Monday, September 23, 2013

Bintang Kecil, Bintang Besar

"Cinta seorang Ibu bagaikan mentari yang tak berpihak dalam menyinari. Tulus dan suci."

Ketika kita membaca ungkapan tersebut, mengingatkan kita akan apa ya?
Ya! Sebuah lirik lagu. Sebuah lirik lagu yang sangat sederhana namun sangat bermakna. Saya akan tuliskan syair lengkapnya untuk kita:
"Kasih Ibu kepada beta tak terkira sepanjang masa
hanya memberi, tak harap kembali, bagai sang surya menyinari dunia."

Lirik lagu tersebut sangat dalam maknanya dan mengingatkan sebuah tanggung jawab besar seorang ibu kepada anaknya; tanggung jawab dalam memberikan kasih tak terhingga selama-lamanya kepada sang anak. Kasih seorang ibu tentunya termasuk dalam memberikan pondasi yang kuat untuk kesuksesan di masa depan sang anak nantinya. Kesuksesan yang tidak hanya dalam sisi materi, tapi yang terpenting adalah karakter. Pengetahuan dan keterampilan hanyalah alat, yang menentukan sukses adalah tabiat. Keluarga adalah inti utama bagi pembangunan karakter anak. Tolak ukur kesuksesan kita dalam membentuk dan menanamkan karakter pada anak adalah saat tidak ada seorang pun di sekeliling sang anak dan saat tak ada seorang pun yang melihat sang anak, ia tetap akan melakukan hal yang benar. Dan, membangun karakter anak adalah tugas utama seorang ibu. Mengapa?

Keluarga adalah sistem terkecil dalam kehidupan. Perhatikan sekeliling kita, semua yang besar dan berkembang di dunia ini dimulai dari keluarga. Tidak ada yang tahu-tahu muncul di dunia ini menjadi seorang anak, dibutuhkan seorang ayah dan seorang ibu sehingga muncul seorang anak. Dalam masa-masa awal perkembangannya, anak akan banyak mencontoh dan meniru. Dan, hal pertama yang anak tahu adalah siapa orang yang memelihara dan merawatnya itulah orang yang dicontohnya. Orang terdekat yang di sekelilingnyalah yang dicontoh oleh seorang anak. Banyak penelitian menunjukkan bahwa lima (5) tahun pertama adalah periode emas bagi pertumbuhan seorang anak dan lima belas (15) tahun pertama adalah periode emas bagi penanaman karakter pada anak. Inilah waktu-waktu utama untuk keluarga "bekerja" membentuk seorang anak agar kelak menjadi seorang yang sukses. Dan mengapa ibu yang mengemban tanggung jawab dalam membangun karakter anak? Saya yakin pertanyaan Anda di paragraf sebelumnya belum terjawab pada paragraf ini. Mari kita lanjutkan membaca paragraf selanjutnya...

Secara naluri alamiah, ibu adalah orang yang terdekat dengan anak karena yang ia mengandung dan melahirkan sang anak tersebut. Hal tersebut menjadikan sebuah ikatan batin yang sangat kuat. Dalam suatu keadaan normal yakni sebuah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak; dalam hal ini sang ibu tidak meninggal atau pergi meninggalkan rumah, hubungan anak dengan ibu akan memiliki pengaruh abadi terhadap perilaku kepribadian dan harga diri seorang anak. Pepatah, telah lama, dapat menjelaskan hubungan sebab akibat tersebut. Pasti kita pernah mendengar ungkapan, buah tak jatuh jauh dari pohonnya. Jadi, singkatnya, ibu memiliki peranan penting dalam pertumbuhan anak dan pembentukan karakter anak.

Berikut saya akan bagikan beberapa tips membentuk "Generasi Sukses" yang saya dapatkan dari seminar-seminar maupun beberapa kelas pembinaan yang pernah saya ikuti:

1. Teladan dari ibu

Hal paling penting dan terutama dalam mendidik anak adalah memberinya teladan. Hal tersebut adalah hal paling efektif dan dapat langsung kita lihat dampaknya. Dan ingat, sikap yang buruk dari kita sebagai orang tua akan sangat mudah ditiru oleh anak dibandingkan sebuah teladan yang baik.

Teladan-teladan yang baik misalnya:
  • Dekat dengan Tuhan, mengajarinya bersyukur, dan memohon, serta berterima kasih kepada Tuhan.
  • Mengatakan segala sesuatu dengan lembut dan penuh kasih sayang; termasuk ketika kita memberitahunya bahwa dia telah melakukan sesuatu yang salah, sehingga anak juga belajar menghargai perbedaan dan tidak akan berteriak-teriak kepada kita ketika ada hal yang tidak disetujuinya. Di masa depan sang anak kelak, sabar, penguasaan diri, dan kerendahan hati adalah yang diperlukan dalam menyelesaikan setiap masalah.
  • Memberinya contoh untuk bertanggung jawab mulai dari hal-hal yang sederhana, misalnya dengan meletakkan baju kotor dan piring kotor di tempatnya, mengucapkan salam ketika masuk rumah, meletakkan tas pada tempatnya, dan sebagainya.
  • Jika ada sesuatu yang kita anggap tidak lazim dilakukan oleh sang anak, kita menanyakannya dahulu kepada sang anak dan mendengarkan maksud sang anak melakukan hal tersebut; tidak serta merta memarahinya. Hal ini akan mendidiknya menjadi seorang pendengar yang baik. 
  • Disiplin diri; yang merupakan kunci utama setiap kesuksesan!
Memang tidak mudah untuk selalu memberi sang anak teladan, mengingat kita; sebagai orang tua, adalah juga manusia biasa. Mengontrol emosi dan menjadi pendengar yang baik seringkali menjadi batu sandungan di tengah kesibukan dan penat kita melakukan pekerjaan kita sehari-hari. Namun, hal sederhana yang dapat kita lakukan adalah setiap kali kita akan melakukan hal yang buruk, selalu ingat bahwa anak kita akan mencontohnya, maka biasanya kita tidak akan jadi melakukannya. Namun jika kita sudah terlanjur melakukan hal yang buruk di depan anak kita, jelaskanlah pada sang anak bahwa hal yang baru saja kita lakukan itu salah, lalu minta maaflah padanya karena telah memperlihatkan hal yang buruk dan tidak patut dicontoh olehnya. Mungkin tidak akan mudah melakukan hal ini, namun percayalah hal ini akan sangat membekas di hati sang anak dan sekaligus mendidiknya memiliki sikap ksatria. Selanjutnya, berjanjilah pada diri sendiri bahwa kita tidak akan mengulanginya.


2. Pola asuh yang salah dari orang tua kita tidak diulang lagi di anak kita

Tidak dapat kita pungkiri bahwa orang tua tidak ada yang sempurna; begitupun orang tua kita yang dahulu telah mendidik kita. Saat ini setelah kita menjadi orang tua, kita mengetahui bahwa ada hal-hal yang salah dari cara-cara orang tua kita mendidik kita dahulu. Misalnya:
  • Ibu yang terlalu melindungi (over protectivesehingga kita tumbuh menjadi anak yang kurang percaya diri atau bahkan minder.
  • Ibu yang membanjiri dengan hadiah setiap kali melakukan sesuatu yang menyenangkan sang ibu sehingga kita tumbuh menjadi orang yang membutuhkan motivasi dari luar (hadiah/penghargaan/sesuatu lainnya) untuk melakukan sesuatu.
  • Ibu yang pemarah dan emosional sehingga kita tumbuh menjadi seorang anak yang emosional dan mudah marah.
  • Ibu yang terlalu sibuk dan tidak pernah ada di rumah sehingga tidak tahu perkembangan anaknya sehingga kita tumbuh tanpa kasih sayang ibu, menjadi anak yang kurang perhatian. Dampaknya, kita menjadi anak yang mencari perhatian di luar rumah; misalnya dengan mengenakan pakaian yang aneh-aneh, berbicara keras-keras agar menjadi pusat perhatian orang lain, nakal, dan hal-hal lainnya yang cenderung aneh dan tidak lazim dengan maksud untuk mendapatkan perhatian dari orang lain.
  • Ibu yang sibuk sendiri; secara fisik sang ibu ada di rumah namun sibuk melakukan segala sesuatu yang tidak terlalu penting sehingga tidak menghiraukan permintaan-permintaan sang anak. Dengan pola asuh dari ibu semacam ini, kita akan tumbuh menjadi anak yang tidak memahami skala prioritas, cenderung mengabaikan kebutuhan orang lain, dan tidak peka terhadap lingkungan.
Mari kita refleksikan bersama adakah salah satu dari beberapa tipe ibu tersebut adalah tipe ibu kita dalam mendidik kita dahulu? 

Beberapa contoh umum pola asuh yang salah dari seorang ibu terhadap anaknya tersebut telah kita ketahui bahwa tidak patut kita tiru. Kita harus segera menyadarinya bahwa hal tersebut salah dan kita tidak "menurunkannya" dalam mendidik anak kita. Cukup sampai kita saja pola asuh yang salah tersebut diterima. Biarlah anak kita dan generasi selanjutnya menjadi generasi yang luar biasa!


3. Hubungan yang baik antara ibu dan ayah

Hubungan yang baik; terutama dalam hal komunikasi dan pengertian, antara ibu dan ayah adalah sangat penting bagi pertumbuhan karakter anak. Keluarga dengan ayah dan ibu yang demikian adalah sebuah keluarga yang sehat. Ciri utama keluarga yang sehat adalah:
  • Suami yang penuh kasih kepada istri: memperhatikan kebutuhan sang istri, tidak mengeluarkan kata-kata kasar, dan tidak bersikap kasar.
  • Istri yang menghormati suami: menempatkan suami sebagai "Kapten" dalam biduk rumah tangga, menjadikan suami sebagai panutan bagi anak-anak, mengingatkan suami bila ada hal-hal yang kurang baik dilakukan oleh suami sehingga tidak dicontoh oleh anak-anak.
Anak yang tumbuh di lingkungan keluarga yang sehat akan menjadi anak yang memiliki tenggang rasa, hormat pada orang lain, dan tidak emosional. Kita dapat melihat sekeliling kita bahwa anak yang emosional biasanya keluarganya bermasalah.



Hal-hal utama tersebut adalah sangat penting kita tanamkan pada anak-anak kita agar mereka menjadi bintang yang bercahaya dimanapun mereka berada. Karena, yang diperlukan untuk menjadi seorang juara adalah keinginan, dedikasi, tekad yang kuat, konsentrasi, dan kemauan untuk menang.


Maka, sangatlah penting bahwa seorang ibu haruslah berpendidikan baik dan setinggi mungkin. Sekolah tidak selalu merupakan jawaban. Namun, berpendidikan baik berarti mendidik diri sendiri untuk selalu bersikap baik dan berhati baik. Ibu adalah pilar keluarga. Ibu adalah pilar bangsa. Sebuah negara akan maju jika generasi-generasi selanjutnya memiliki pendidikan yang terbaik. Pernahkah Anda menyadari perbedaan seorang anak yang dididik oleh ibu yang memiliki pendidikan yang baik dengan ibu yang tidak? Kualitas anak-anak yang dihasilkan akan jauh lebih baik anak-anak yang dididik oleh ibu yang memiliki pendidikan yang baik. Ibu memegang peranan penting di dalam mendidik anak-anak. 


Tuhan telah memberikan seorang anak kepada kita, Tuhan telah menitipkannya, selanjutnya adalah tanggung jawab kita untuk tidak menyia-nyiakannya. Ingatlah berapa banyak pasangan yang menginginkan dengan sungguh untuk kehadiran seorang anak, namun belum kunjung mendapatkannya. Betapa beruntungnya pasangan yang telah memiliki kehadiran seorang anak dalam kehidupannya!





Sunday, June 9, 2013

1 Kapal 2 Kapten

Ketika Anda membaca judul saya ini, apa yang terbersit dalam benak Anda? Kapal sungguhan yang sedang mengarungi ombak di lautan yang ganas kah? . .  ;P

Hmm . . sebenarnya bukan tentang kapal sungguhan itu yang akan saya tuliskan disini . .
Judul ini saya ambil terinspirasi dari sebuah acara retret interdenominasi gereja mengenai kehidupan berumah tangga.

Dalam kehidupan berumah tangga, pernahkah Anda lihat sang suami yang begitu tunduk menghadapi kemarahan istrinya? Atau pernahkah Anda lihat sang suami dan istri yang sama-sama berteriak marah? Atau pernahkah Anda lihat keputusan sang suami tiba-tiba dimentahkan begitu saja oleh sang istri? Atau Anda sendiri mengalaminya? . .
Perumpamaan 1 Kapal 2 Kapten memang adalah perumpamaan yang paling tepat menggambarkan situasi tersebut. Di era saat ini, dimana para istri cenderung mandiri secara finansial, bukan hal yang luar biasa. Banyak keluarga yang saya temui mengalami ("mempraktekkan") hal tersebut.

Kapal idealnya adalah dijalankan oleh 1 nahkoda. Kapal rumah tangga dinahkodai oleh suami, itu yang secara prinsip seharusnya dipahami.
Kolose 3:18-19
(18) Hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan.
(19) Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia.

Dua ayat ini merupakan pegangan utama dalam hidup berumah tangga agar tidak terjadi 1 Kapal 2 Kapten. Dua ayat ini tidak dapat hanya dijalankan salah satu, namun harus keduanya. Tidak juga dijalankan dengan saling menuntut, dalam arti suami membenarkan sikap kasarnya terhadap istri karena istri tidak tunduk; ataupun sebaliknya, istri membenarkan sikapnya yang tidak tunduk karena suami tidak memiliki kasih terhadap istrinya. Kedua ayat ini berjalan bersamaan, beriringan, meskipun kadang kala ada kealpaan salah satu mempraktekkannya, namun harus saling mengingatkan (dengan penuh kasih tentunya) untuk kembali lagi mempraktekkan kedua ayat ini.

Kata-kata "tunduklah kepada suamimu sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan" memiliki makna yang berarti di dalam segala hal seorang istri harus tunduk kepada suaminya, karena terdapat kata-kata "sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan".

Kata-kata "kasihilah isterimu" tersebut memiliki makna yang sangat mendalam, seperti kasih yang diajarkan Tuhan Yesus kepada kita:
                      Kasih itu sabar
                      Kasih itu murah hati
                      Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong
                      Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri
                      Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain
                      Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tapi karena kebenaran
                      Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengaharapkan segala sesuatu, 
                      dan sabar menanggung segala sesuatu.

Sedikit sharing pengalaman saya atas beberapa jenis keluarga 1 Kapal 2 Kapten yang sangat umum ditemui:

Kasus 1
Suami yang tidak tidak cukup menyokong keluarga secara finansial, dan istri bekerja untuk membantu kebutuhan finansial keluarga. Sang istri memutuskan semua hal tanpa bertanya dulu kepada suami mengenai pendapat dan keinginan suami.

Kasus 2
Suami yang memiliki kemampuan finansial yang sudah cukup untuk keluarga, istri juga bekerja namun dengan penghasilan yang lebih tinggi. Sang istri memutuskan semua hal yang menyangkut keluarga. Sang istri menganggap memiliki kontribusi lebih dalam keluarga sehingga tidak mempedulikan kewenangan suami sebagai pengambil keputusan.

Kasus 3
Suami orang yang plin-plan, bukan seorang pengambil keputusan yang cepat dan tepat. Istri terbiasa hidup cepat dan tipe seorang pengambil keputusan yang tepat. Istri langsung melakukan pengambilan keputusan untuk semua hal dalam keluarga.

Kasus 4
Suami orang yang kasar, semaunya sendiri, dan tidak bertanggung jawab. Istri mengambil alih seluruh kewenangan suami, termasuk keputusan-keputusan rumah tangga.


Menurut Anda, apakah istri yang bersikap demikian adalah benar?

Kasus 1
Kasus nomor 1 lebih pada kondisi jiwa istri yang kecewa terhadap suaminya. Ia melampiaskan dengan cara tersebut. Tentu saja hal ini tidak benar. Bagaimanapun suami adalah kepala rumah tangga. Rejeki sudah diatur Tuhan. Jika pada kenyataannya penghasilan suami tidak mencukupi dan istri harus ikut bekerja untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, lakukanlah dengan ikhlas, untuk kepentingan rumah tangga. Jangan menjadikan hal tersebut sebagai alasan untuk mengambil alih kewenangan suami sebagai pemimpin rumah tangga.

Kasus 2
Kasus nomor 2 lebih pada jiwa kesombongan seorang istri. Tentu saja hal ini tidak benar. Bagaimanapun suami adalah kepala keluarga. Jika penghasilan yang dimiliki istri lebih tinggi dari suami, semata itu adalah anugerah Tuhan. Justru karena anugerah Tuhan itu yang membuat keluarga tersebut seharusnya tetap berpegang pada firman Tuhan. Firman Tuhan ... yang salah satunya meminta agar istri tunduk pada suami.

Kasus 3
Suami yang tidak bisa mengambil keputusan adalah alasan pembenaran dari sikap istri yang tidak mau tunduk terhadap suami. Dan kita tahu, itu tetap saja hal yang salah. Jika sang istri adalah pengambil keputusan yang baik, bantulah suami agar dapat bertumbuh menjadi pengambil keputusan yang baik. Bukan dengan cara yang instan yaitu istri yang langsung mengambil keputusan.
Pertama, hal tersebut tidak sejalan firman Tuhan.
Kedua, hal tersebut menyakiti hati suami.
Ketiga, hal tersebut tidak membuat suami bertumbuh.
Keempat, hal tersebut akan menimbulkan kekecewaan-kekecewaan lain dalam keluarga tersebut.

Kasus 4
Untuk kasus 4, secara hukum manusia, hal tersebut dianggap sebagai pembenaran. Tapi tidakkah kita tetap harus mengikuti aturan Tuhan? Tuhan meminta istri untuk tunduk pada suaminya. Tuhan tidak pernah menyebutkan bahwa istri hanya tunduk pada suami yang baik saja. Sikap yang seharusnya dilakukan istri pada Kasus 4 adalah tetap menjadi istri yang tunduk pada suami, lalu berdoa dan berharap pada Tuhan agar sang suami memiliki kasih.
              Yesaya 40:31             
              Tetapi orang-orang yang menanti-nantikan Tuhan mendapat kekuatan baru,
              mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya,
              mereka berlari dan tidak menjadi lesu,
              mereka berjalan dan tidak menjadi lelah.
             

Dalam hidup berumah tangga, sudah menjadi rahasia umum bahwa perbedaan pendapat sangat mungkin terjadi. Justru hal tersebut merupakan hal yang sehat dalam hidup berumah tangga. Perbedaan pendapat juga sangat mungkin berujung pertengkaran. Setidaknya hal ini yang dapat saya bagikan untuk suami-istri yang sedang berselisih:

1. Setelah menikah, tutuplah mata rapat-rapat. Bukan berarti pendamping kita adalah orang yang sempurna, namun Tuhan telah memilihkan orang yang terbaik menjadi pendamping hidup kita.

2. Tidak marah disaat yang bersamaan. Jika yang satu sedang marah, yang lain diam dan dengarkan dahulu.
Marah adalah reaksi normal dan wajar sebagai manusia. Marah merupakan bagian dari jiwa; keberadaan emosi di dalam jiwa. Marah tentu saja berbeda dengan marah-marah. Marah sangatlah manusiawi, tapi marah-marah adalah menunjukkan ketidakmampuan seseorang mengontrol emosinya.

3. Jika sedang bertengkar, jangan pernah melampiaskan amarah dengan pergi meninggalkan rumah. Percayalah, hal itu kelihatannya menenangkan, namun sesungguhkan akan membawa masalah baru di masa depan.

(Eyang Warno)


Kolose 3:13
Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian.

Friday, June 7, 2013

Travelling with your baby

Selamat pagi semuanya...

Senang rasanya bisa kutak-katik blog ini lagi setelah sekian lama (luaaamaaa bangetttt hehehe) karena aktivitas kantor and then baru punya baby, jadi perhatian full kesana dech,,,,

This time gw mau sharing pengalaman tentang membawa baby jalan-jalan abroad. This is my first time actually, karena waktu my first child belum ada kesempatan ngajak dia travelling abroad (kerjaan yang tak henti.... kalo sekarang kan udah gak kerja lagi hehehe). Kalo my first child paling ke luar kota aja....

Oya, first..introduction dulu yaa karena udah lama gak ketemu yach kita...

Jadi setelah sekian lama menghilang dari dunia persilatan blogger karena pindah kerja, konsen full hours di kerjaan yang baru, tak lama kemudian lalu hamil anak kedua, sempat keguguran juga, lalu hamil lagi, keluar masuk rumah sakit due to the pregnancy, then resign, trus melahirkan, trus sekarang ngurusin anak-anak aja di rumah, jadi kalo mau travelling tinggal tanya papa-nya anak-anak available date nya kapan. Trus cabcuzzz dech jalan-jalan bweheehehee...
Kalo dulu kan ribet pisan,,,aku bisa tapi si Pap gak bisa,, dan sebaliknya kekekekekeke.,,,

Okay now the story,,, :)

Jadi ceritanya, travelling kali ini mau ala backpacker. Selain gak mau ribet (pergi ala minimalis) juga sekalian ngenalin anak-anak supaya belajar jadi orang easy going (baca: hidup seadanya hiihihihii).. Iya dunk,,, kepepet kan yang dibawa cuma itu, jadi yang ada itu...ya itu yang harus dipake. Susah-susah gampang memang prosesnya, terutama sama si mas ganteng (my 3.5 years old, first child) yang rada2 modis. Kalo pake baju, maunya milih yang dia mau, kalo gak ada (krn masih dicuci/blum disetrika) bisa ngamuk massa hahahhaha... Kalo kemarin2 travelling sama si mas ganteng (tapi cuma ke luar kota aja), bawa beberapa choice baju yang dia suka. Alhasil pergi 3 hari aja, dia 1 koper sendiri hahahahhaaaa kalah deh peragawati wakakkakkkk...

Sekarang, dari rumah udah ditanya dulu ke dia, "Mas Ganteng, kita mau pergi 4 hari, mau pake baju yang mana aja?" Sempet waktu disana, dia tanyain baju yang lain, gak mau pake baju yang itu, harus pake celana yang ini itu, tapi udah dikasih komitmen dari rumah, jadi untungnya ngerti dia akhirnya. Nah bagus deh, kemajuan 1 step hehhehehhee...

So...setelah perjalanan panjang yang menyenangkan itu:
- dari Jakarta naik pesawat jam 9 pagi ke KL
- dari KL naik kereta jam 9 pagi (besok harinya) ke SIN
- trus dari SIN naik pesawat jam 10 malam kembali ke Jakarta
diresume-lah berikut ini persiapannya. Yuukk kita checklist garis besarnya...kalo ada yang kurang2 tolong tambahin yaaa, buat bekal diriku juga nanti waktu travelling lagi hehehhe

1. Pampers si baby (min. 5 utk 1 hari) jadi bawa 20, sekalian utk jaga-jaga. Celana dalam Mas Ganteng (per hari 2, utk 4 hari), tapi aku bawa 10 buah utk cadangan.

2. Baju kids (per hari 2, utk 4 hari), tapi aku bawa per anak 10 stel buat cadangan. Kaos kaki @anak 3 pasang.

3. Biskuit bayi, oatmeal instan, kotak makan, sendok, celemek, susu (dlm plastik kecil-kecil sekali pakai, jadi gak perlu bawa kotak besar), dot, pembersih dot. Untuk variasi rasa, bisa pesan jus buah/sayur murni di stall food/food court di negara tujuan nanti (on the spot). Atau bisa juga bawa pisang/pepaya/alpukat. Tinggal dikerok, gak perlu repot dimasak. Masukin di kulkas hotel hehehe,,,

4. Baby oil, shampoo, sabun mandi, sikat gigi Mas Ganteng, pasta gigi, handuk besar (1), handuk kecil (1), perlak besar utk mandi (1), perlak kecil utk dibawa pergi-pergi (1), baby cream, sabun cuci piring cair, sabun cuci baju cair untuk cuci-kilat celemek yang kotor hehehe  krn nanti sampai Indonesia pasti dicuci lagi {but noted yaa, karena naik pesawat juga, utk semua liquid things, better bawa yang per botol gak lebih dari 100 ml}. Pengalaman pribadi, alat mandi itu selalu dimasukkin ke tas terakhir pas packing sebelum pulang. Nah waktu itu karena kelamaan jalan-jalan, udah mepet banget waktunya di aiport utk check-in, gak sempat masukin ke tas yang didaftarin buat check-in bagage, alhasil di airport security kena dibuang deh sama security guardnya... *nangissss dulu*,,,sabun Seba-Med my baby kena dibuang deh tuhhh..... Seumur-umur naik pesawat gak pernah gak sempat masukin liquid over 100ml ke check-in bagage,,baru kali ini kena dibuang....plussss catet yaa,,body lotion gw juga kena dibuang *nangis lagi ahh*....

5. Cotton bud (10), kain kassa (2), plester (4), kapas (kira-kira 20 helai), tissue basah 1 pak, dan Dettol liquid handwash, kantong plastik (3 besar utk sampah-sampah, 4 kecil utk pampers, 1 besar sekali utk baju kotor). Pada prakteknya, untungnya kain kassa dan plester gak terpakai. Kalau tissue basah 1 pak itu mepet banget dipake pergi 4 hari, sampai Jakarta habis. Selain buat bersihin puppy baby, juga berguna banget buat lap-lap tangan Mas Ganteng dan Papanya kalo abis nyemil-nyemil {kompak banget dech kalo soal nyemil hehehe}.

6. Charger handphone, power bank dan chargernya

7. Tiket-tiket jangan lupa juga yaa,,,
Kalo pergi-pergi gitu, gw cenderung udah pesan online semuanya. Termasuk tiket pesawat, hotel, dan tiket kereta dari KL ke SIN. Jadi sampai lokasi udah tahu harus kemana dan menginap dimana.

8. Paspor
Sebaiknya bikin paspor itu minimal 1 bulan sebelum keberangkatan (kalo belum pernah punya, terutama bayi dan anak-anak sekarang kan harus udah pakai paspor sendiri). Untuk bikin paspor sekarang sudah bisa online http://ipass.imigrasi.go.id:8080/xpasinet/faces/InetMenu.jsp dan prosesnya total sekitar 2 minggu.
a. Daftar online (segera print Tanda Terima Pra Permohonan yang muncul setelah daftar online)
b. Pilih tanggal kedatangan ke Kanim (antara 3 sampai 9 hari dari tanggal daftar online)
c. Datang ke Kantor Imigrasi (Kanim) dan siapkan semua berkas-berkas asli dan fotokopinya, plus uang Rp275.000 dan Tanda Terima Pra Permohonan (yang diprint waktu kita daftar online). Penting untuk diingat, bahwa Kanim memiliki ketentuan khusus cara memfotokopi berkas-berkas yang diminta.
d. 3 hari kerja kemudian paspornya bisa diambil (bawa kwitansi bukti pembayaran)
Untuk pengambilan paspor anak-anak, diambilkan orang tua (siapkan materai Rp6.000, formulir surat kuasa pengambilan paspor sudah ada di Kanim). Lalu kalau mengambilkan paspor yang namanya tidak tercantum dalam 1 KK dengan kita (kita: yang mengambilkan), harus pakai surat kuasa. Surat Kuasanya buat sendiri, ditandatangani sama orang yang minta diambilkan, tanda tangan di atas materai Rp6.000.

9. Peta
Kalau tidak pergi dengan grup tour, sangat dianjurkan sudah browsing2 dan menyimpan peta-peta tempat yang akan kita tuju. Kalau gw dan suami, memang lebih senang tidak ikut tour. Selain tidak terikat waktu, kita juga bisa mendatangi tempat-tempat yang ingin kita datangi lebih bebas. Tapi yaa itu...untuk orang-orang yang lebih senang ikut tour, model bepergian ala diriku dan suami itu memang membutuhkan effort yang lebih untuk mencari tahu rute dan lokasi. Tapi karena kami senang berpetualang, jadilah very fun browsing-browsing nya wkwkwkwkkkk.... Puji Tuhan, tidak pernah nyasar :)

10. Mainan Mas Ganteng dan topi
Bawa tas kecil yang diselempangkan isinya beberapa mainan kecil kesukaan Mas Ganteng. Tas ini fungsinya utk menyimpan mainan yang dibawa-bawa pergi biar gak ketinggalan/hilang, untuk memupuk sense of belonging dan rasa tanggung jawab terhadap barang bawaannya sendiri. Tidak perlu banyak atau membawa mainan besar, karena pasti disana minta beli mainan lagi hahahaa....

11. Stroller/Gendongan bayi
Kalau ini terserah si mommy, mau bawa yang mana. Kalau gw lebih seneng bawa gendongan bayi, selain lebih praktis dan ringkas, juga gak bikin tambah bagasi wkwkwkkkk.....

12. Koper
Utk koper, pengalaman gw lebih baik pesan 30 kg bagasi utk semua tas-tas. Jadi bawa 1 koper besar untuk semua baju. Lalu bawa 1 tas cabin lugage yang isinya:
- Perlak kecil
- Celemek dan peralatan makan baby plus makanannya, susu dan dot (udah diisi air) juga
- Air putih (tidak lebih dari 100 ml)
- Cemilan
- Baju ganti baby dan Mas Ganteng (@1 stel) plus kaos kakinya
- Topi dan jaket
- Power bank
- Tissue basah dan tissue kering
- Hand sanitizer, cotton bud, plester, kain kassa
- Plastik kecil utk sampah pampers
- Termos isi air panas, tidak lebih dari 100 ml yaa
Untuk paspor dan tiket-tiket sebaiknya di tas tangan orang dewasa. Siapkan juga kartu identitas dan kartu kredit (jika pembayaran sebelumnya dilakukan dengan kartu kredit, untuk ditunjukkan pada petugas jika diminta menunjukkan)

13. Uang tunai
Tukar uang tunai negara yang akan kita tuju secukupnya. Sebaiknya hitung dulu berapa kemungkinan yang akan kita pakai (spending) disana (makan, transport, souvenir, tiket-tiket masuk objek wisata, dll). Termasuk budget untuk oleh-oleh tentunya.

Biasanya gw tukar uang di http://vip.co.id/ di daerah
Menteng Raya 23, Jakarta Pusat, Indonesia 10340
+62-21-3190-7777

14. Pulpen hitam utk menulis formulir keimigrasian, pas foto untuk jaga-jaga, fotokopi akte kelahiran untuk jaga-jaga juga.

Kira-kira itu sich persiapannya....
Selamat travelling yaa.,,, :)